Siapa yang tak kenal Andrea Hirata, sukses film laskar pelangi yang diangkat dari novel karangannya yang berjudul sama, telah mengangkat namanya ke tangga popularitas, bahkan sudah bisa disejajarkan dengan kaum selebritis tanah air. Makanya kalau kita rajin menonton acara infotainment, cerita kehidupan pribadinya sudah mulai “tampil” di acara yang katanya lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya tersebut.
Lalu kenapa judul tulisan ini “AKU & ANDREA HIRATA” ??? , ada apa dengan aku ? apakah aku saudaranya Andrea ? Jawabnya tentu bukan ! aku tidak punya famili di Belitong, daerah Andrea.
Apa aku temannya Andrea ? Tidak ! Aku kenal Andrea, tapi Dia tidak kenal aku ! Karena aku bukan selebritis yang setiap orang bisa dengan mudah mengenalnya, baik lewat media cetak, elektronik, internet atau bahkan obrolan di warung kopi remang-remang.
Semakin banyak pertanyaan, semakin runyam. Kalau dilontarkan lagi pertanyaan, sepertinya 99 % jawabannya tidak.
Sepertinya ada nol koma sekian persen , benang merah antara aku dan Andrea. Fakta inipun terungkap setelah aku menyaksikan film Laskar Pelangi.
Ketika berita tentang film ini menyeruak diberbagai media, aku seperti tidak peduli dengan pemberitaan santer itu.
Kalau akhirnya aku rela berdiri mengantre tiket, itu karena desakan anak-anakku yang selalu mengajakku nonton.Anak yang satu bilang kalau temannya sudah lihat, anak yang lain berkata, “ Ceritanya bagus lho yah!”.
Yang paling kecilpun ikut-ikutan usul “ He eh yah, ceritanya cocok untuk anak-anak ! “ aku tertawa geli mendengarnya. Walah….Kamu tahu darimana? Nonton aja belum !
Tapi demi keinginan anak, dan diam-diam aku juga penasaran, akhirnya aku dan anak-anak nonton juga.
Nah, cerita tentang anak-anak belitong (termasuk Andrea) yang bersekolah di SD Muhammadiyah dengan gedung sekolah yang amat sederhana, dan gurunya yang setali tiga uang dengan bangunan sekolahannya inilah (yang secara diam-diam), masuk ke dalam memoriku.
Melihat Ikal dan kawan bersekolah dengan segala keterbatasannya, aku seperti melihat diriku sendiri.
Betapa tidak! Sekolahanku di SD Keling 4 Jepara, (waktu itu orang menyebut SD Inpres)
Juga hampir sama, baik gedung maupun siswanya. Aku dan teman-teman ke sekolah tidak pernah bersepatu !
Seingatku, pernah orangtuaku membelikan sepatu karet saat aku naik kelas lima, sepatu berwarna hitam itu justru kusimpan. Malu rasanya untuk memakainya. Tapi lama-lama kucoba juga ketika hari Senin tiba, kebetulan aku mendapat tugas memimpin upacara bendera. Kakiku terasa berat melangkah, mungkin karena terlalu banyak mata yang menatap! Alamaaaak.
Yang bikin aku geli, ternyata waktu pelajaran matematika mereka memakai alat dari lidi yang dipotong-potong sepanjang kurang lebih 10 centimeter. Persis !
Kalau di Laskar Pelangi, ada Lintang, yang telat ke sekolah karena ada buaya, temanku sering telat karena ada banjir. Maklum, rumah temanku yang jaraknya hampir tiga kilometer dari sekolah, selalu ditempuh dengan berjalan kaki melewati perbukitan, sawah dan juga sungai. Saat musim hujan, sungai tersebut sering banjir, hingga temanku mencari jalan memutar yang ada jembatannya. Berarti bukan tiga kilometer lagi dia berjalan tapi pasti lebih.
Uniknya, kalau hujan memakai payung dari daun pisang, maka hasilnya bisa ditebak : seluruh badan basah kuyub, kecuali rambut di kepala ! Alamaaaak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
aku juga suka banget sama andrea hirata :) wah gila karya2 dia TOP abiisss .
Posting Komentar